BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM, dari kerangka kucing di Pulau Siprus. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung. Dimana kucing saat ini telah dijadikan hewan kesayangan. Tetapi dari pemeliharaan tersebut ada salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar bagi manusia yaitu terlalu banyak populasi kucing. Dimana semakin banyak populasi maka menyebabkan dan menularkan penyakit.
Maka dari itu, salah satu untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan jantan dapat dilakukan dengan kastrasi. Sedangkan Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi pengambilan atau pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari rongga abdomen (ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk terapi adanya tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan ternak.
Tetapi tindakan yang dilakukan seperti ovariohisterektomi ini akan menimbulkan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Praktikum
a. Untuk dapat mengetahui definisi dari Ovariohisterectomy (OH).
b. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dilakukan Ovariohisterectomy (OH)
c. Untuk mengetahui persiapan dan penggunaan obat anastesi yang tepat.
d. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam melakukan teknik bedah Ovariohisterectomy (OH).
e. Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohisterectomy (OH).
f. Untuk mengetahui perawatan post operasi.
2. Tujuan Ovariohisterectomy
a. Mencegah kelahiran anak yang tidak diinginkan.
b. Melakukan tindakan sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).
c. Modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan dan untuk penggemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ovariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.
Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.
Adapun indikasi dari ovariohisterectomy (OH) yaitu :
a. Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).
b. Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina
c. Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.
d. Penggemukan
e. Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah populasi.
2.2 Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomy
a. Keuntungan
Secara umum keuntungan melakukan ovariohisterectomy adalah :
1. Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode estrus
2. Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
3. Menghilangkan stress akibat kebuntingan.
4. Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.
5. Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.
6. Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.
b. Kerugian
Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :
1. Terjadinya obesitas
2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetic.
Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya :
1. Terjadinya komplikasi akibat perdarahan (hemoragi) karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik.
2. Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna.
3. Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.
4. Fistula pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang).
5. Urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.
2.3 Premedikasi dan anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah (Ibrahimn, 2000).
Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,05 mg/kg BB secara subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 12,5 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 3 mg/kgBB secara intramuskular.
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Gan, 1987).
Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat yaitu :
1. Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,
2. Cara pemberian mudah,
3. Mulai kerja obat yang cepat dan
4. Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5 (Anonimus b, 2005).
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit (Lumley, 1990). Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.
2.4 Perawatan Post Operasi
Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, menginngat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
1. Alat yang digunakan
a. Alice forceps
b. Duk kleem
c. Arteri kleem (klem bengkok besar kecil dan klem lurus besar kecil)
d. Needle holder
e. Spoid 5 ml & 1 cc
f. Kapas dan tampon
g. Scalpel dan Blades
h. Pinset (Anatomis dan Chirurgis)
i. Gunting lurus tajam-tumpul, tumpul-tumpul
j. Jarum
k. Catgut chromic 3.0 & silk
2.Bahan yang digunakan
a. Seekor kucing betina dengan berat badan 4 kg
b. Atropin dosis 0,05 mg/kg , sediaan 0,25 mg/ml, BB 3 kg. (0,05 mg x 4 kg) / 0,25 mg/cc = 0,8 ml
c. Xylaxin dosis 3 mg/kg, sediaan 20 mg/ml, BB 3 kg. (3 mg/kg x 4 kg/ 20 mg/ml= 0,6 ml
d. Ketamin dosis 12.5 mg/kg, sediaan 100 mg/ml, BB 3 kg = ( 12.5 mg/kg x 4 kg ) / 100 mg/ml = 0.5 ml
e. Alkohol 70%
f. Antibiotic Penstrep (penicillin-sterptomycyn)
g. Betadine
3.2 Metode Operasi
a. Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan dengan baik, kucing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.
b. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu alcohol pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical.
c. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine.
d. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan.
e. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.
f. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium.
g. Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal.
h. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan oavarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau rupture.
i. Dengan menggunakan klem arteri, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua klem arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan.
j. Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk.
k. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi diantara dua klem arteri tadi.
l. Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan, sebelumnya pastikan tidak ada perdarahan lagi.
m. Berikan cairan infuse agar organ tidak terlalu kering. Dan lakukan hal yang sama pada bagian uterus yang disebelahnya. Dilakukan penjepitan, pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama.
n. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan klem yang agak besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri menggunakan catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan benang catgut chromic, dan pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan lebih kuat.
o. Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua klem tadi.
p. Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh, dan jika sudah tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan dan sebelum ditutup jangan lupa berikan antibiotik
q. Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan catgut chromic 3,0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu penjahitan.
r. Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan lambert menggunakan benang chromic, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana menggunakan benang silik.
s. Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan betadine.
BAB IV
PEMBAHASAN
Ovariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.Sebelum operasi ovariohisterectomy dilakukan, alat – alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa :
1. Duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk meletakkan alat – alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung.
2. Towel clamp berfungsi untuk menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit.
3. Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum.
4. Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan.
5. Gunting yang berfungsi untuk memotong jaringan.
6. Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum.
Sebelum obat anastesi diberikan pasien diberikan obat preanastesi berupa Atropin sediaan dengn dosis 0,05 mg dengan berat kucing 4 kg, sehingga dosis yang di injeksikan secara subcutan pada kucing tersebut adalah ( 0,05 mg / 0,25 mg/cc ) x 4 KgBB = 0,8 mg/kgBB Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 10-15 menit , dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Ketamin dan xylazine dengan dosis masing-masing 12,5 mg/Kg BB dan 4 mg/Kg B, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular. Ketamin dengan dosis 12,5 mg/kg BB x 4 kg / 100 mg/ml =0, 5 ml dan xylazine dengan dosis 3 mg/kg BB x 4 kg / 20 mg/ml = 0,6 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular pada kaki sebelah kanan.
Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.
Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan dengan baik, kucing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu alcohol pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium. Setelah didapat organ uterus ternyata kucing tersebut sedang bunting dengan umur fetus sekitar 2 – 3 minggu. Jadi pengangkatan uterus (OH) tidak dilaksanakan karena usia fetus yang masih muda dan tidak memungkinkan untuk dilakukannya operasi cesar sehingga bagian linea alba ditutup kembali tp sebelum itu diberi antibiotic kemudian ditutup dengan penjahitan aponeurose di m.obliqous abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Dan pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya. Penjahitan pada kulit dengan menggunakan benang silik dengan teknik jahitan lambert, dan dilanjutkan denagn jahitan tunggal sederhana. Kemudian jahitan di desinfeksi dengan betadine.
BAB V
KESIMPULAN
Tindakan bedah ovariohistectomy dilakukan pada kucing betina dengan berat 4 kg. ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.
Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.Ovariohisterectomy dilakukan untuk beberapa indikasi, baik dalam menangani kasus penyakit atau membatasi populasi hewan. Dan dilakukan dengan teknik laparatomi di daerah midline posterior umbilical.
Setelah dilakukan operasi, kucing tersebut dirawat kurang lebih selama 2 minggu. Pembukaan jahitan dilakukan setelah daerah tersebut susah benar – benar kering.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Preanastesi dan Anastesi Sebelum Operasi.
http://heriblog.wordpress.com/2008/08/23/preanastesi-dan-anastesi-sebelum-operasi/, diakses 19 Maret 2013.
Anonim. 2008. Ovariohisterectomi. http://wahidweb.blogspot.com/2010/01/ovariohistrektomi.htmloperasi/, diakses 19 maret 2013
Anonim. 2009. Ovariohisterectomy pada Kucing yang. Dalam http://kandadvm.blogspot.com/2009/12/ovariohisterektomi-pada-kucing-yang.html Diakses tanggal 19 Maret 2013.
Biyani, septi.dkk. 2010. Ovariohysterectomy. IPB.
http://id.scribd.com/doc/33001279/OH. Diakses tanggal 19 Maret 2013
0 Response to "Laporan Praktikum Ovariohisterectomy (OH)"
Posting Komentar