Nick D'Aloisio Developer Aplikasi Remaja dari Inggris








Nick lahir di Inggris pada tahun 1995. Pada usia 1-7 tahun, dia pindah ke Australia bersama orang tuanya, Diana dan Lou. Mereka tinggal di Melbourne dan Perth.Kemudian, dia kembali ke Inggris dan tinggal di pemukiman elit di Wimbledon. Saat ini, Nick beresekolah di King's College, London. Ayahnya, Lou Motilla adalah seorang Wakil Presiden perusahaan Morgan Stanley. Ibunya, Diana D’Aloisio adalah seorang pengacara.
Meskipun orangtuanya bukan ahli komputer, Nick mulai tertarik pada sistem kerja komputer sejak kecil. Saat usia 5 tahun, Nick sangat tertarik dengan sistem galaksi dan matahari, sehingga ia hafal seluruh konstelasi. Pada usia 9 tahun, Nick mendapat komputer pertamanya. Pada usia 10 tahun, ia mulai menguatak-atik software pembuat film dan pada umur 12 tahun, ia mulai belajar coding  atau bahasa pogram komputer.
Komputer pertamanya adalah MacBook Pro, di mana dia belajar iMovie, Final Cut Pro dan sebagainya karena ingin membuat video yang bagus. Orang tuanya mendukung secara penuh dan memberi fasilitas. Dan di tahun 2007 ketika usianya 12 tahun, dia dibelikan iPhone. Nick pun semakin tertarik terhadap teknologi dan aplikasi perangkat mobile. Setelah memiliki iPhone, terbersit di pikiran Nick untuk membuat aplikasi sendiri. Dia mendownload iPhone development kit dan mendesain software pertamanya, yaitu aplikasi musik bernama SongStumblr. Berlanjut aplikasi keduanya yang bernama FingerMill. Kemudian Nick membuat aplikasi yang dinamakan Facemood, aplikasi yang menganalisis timeline Facebook untuk menentukan mood pengguna.
Usia 15, Nick mulai membuat aplikasi untuk meringkas artikel. Waktu itu, ia kerepotan saat mencari artikel-artikel yang dibutuhkan di internet. Untuk mencari artikel yang dibutuhkan, ia harus membuka banyak sekali artikel. Ternyata kerepotan yang dihadapi Nick malah menimbulkan ide untuk membuat aplikasi yang bisa menyaring informasi secara otomatis.
Aplikasi tersebut diberi nama TRIMIT, yaitu sebuah aplikasi iOS yang dapat meringkas konten web agar lebih singkat untuk digunakan di berbagai media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Tumblr. Trimmit adalah versi awal Summly. Sejak diluncurkan di App Store tahun 2011, Trimit langsung diunduh jutaan kali. Hal itu menarik perhatian jutawan-jutawan dunia, seperti Li Ka-shing dari Hongkong, raja media Rupert Murdock, dan beberapa investor lainnya untuk memberikan modal bagi pengembangan aplikasi ini. Dengan sumbangan dana dari para jutawan ini, Nick yang baru 15 tahun sudah bisa menyewa kantor dan menggaji karyawan. Pada November 2012, Nick meluncurkan Summly yang merupakan pengembangan dari Trimit.
Nick sendiri mempunyai misi untuk mengendalikan informasi yang sangat banyak bertebaran di dunia maya. Itu sebabnya dia membuat aplikasi semacam Trimmit atau Summly. Kesuksesan Trimmit membuat nama Nick semakin terkenal. Hingga menarik para investor besar.
Perusahaan besar yang ia pikirkan ialah Google, sebuah perusahaan yang banyak orang anggap sangat inovatif berkat banyak produk seperti kacamata hingga mobil yang mampu mengendalikan kemudi sendiri hingga kacamata baca yang dapat menampilkan isi email. Namun, Nick D’Aloisio yang masih bersekolah di sekolah menengah di London Selatan ini membuktikan tekadnya dengan mengembangkan sebuah inovasi yang tak bisa dianggap remeh bahkan sebelum Google atau Yahoo melakukannya.

Untuk remaja berusia 17 tahun, pemikiran D’Aloisio memang tergolong mengagumkan. Saat sebagian teman-temannya masih berkutat dengan pelajaran sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler, ia justru memilih untuk menghabiskan waktu senggang untuk merintis sebuah startup digital. Ia memiliki kepercayaan diri yang sangat khas anak muda generasinya dengan mengatakan ada sebuah keyakinan bahwa banyak entrepreneur muda yang berpandangan mereka bisa menciptakan perusahaan sesukses Google, dan Google yang harusnya cemas dan takut, bukan kita.
Nick D’Aloisio sendiri mengatakan ia tak akan pernah meninggalkan bangku pendidikan formalnya tetapi kini ia tampaknya mengubah pemikirannya, apalagi dengan naik daunnya Summly.





Sejak Marissa Mayer menjadi CEO, Yahoo kian gencar melakukan kebijakan akuisisi untuk memperluas bisnisnya. Dan Summly ternyata masuk dalam daftar incaran Yahoo dan akhirnya Summly resmi dibeli Yahoo. Diperkirakan, nilai akuisisi Yahoo pada Summly senilai USD 30 juta atau di kisaran Rp 291 miliar. Selain itu, dia juga direkrut menjadi pegawai Yahoo termuda. Pada usia 15 tahun, Nick menciptakan aplikasi Summly di rumahnya di London. Aplikasi ini tercipta dengan visi kita hidup di dunia dengan informasi konstan dan kita perlu cara untuk menyederhanakan bagaimana kita menemukan sesuatu yang penting bagi kita. Nick berharap aplikasinya bisa mencapai lebih banyak penggemar mobile apps di luar dan ia pun berharap tetap bekerja di Yahoo selama diperlukan untuk membuat teknologinya diintegrasikan.
Sambil menyelesaikan SMA nya di King’s College School di Wimbeldon, kini Nick bekerja di Yahoo London  untuk terus mengembangkan Summly agar bisa dipergunakan pengguna internet di seluruh dunia. Nick mengidolakan pendiri Apple, Steve Jobs. Ia sudah membaca habis biografinya. Salah satu sikap yang ingin ditirunya dari Jobs adalah mengontrol semua aspek dari produknya dan Nick ingin memastikan semuanya masih dalam visi sejatinya.










MOTIVASI:

Keyakinan yang teguh dan penuh optimisme akan banyak membuahkan kegiatan-kegiatan yang positif. Internet memang memudahkan setiap orang yang memiliki ide brilian untuk sukses meskipun ia juga telah membuat bisnis inovasi yang lebih kompetitif. Sebagai generasi yang lebih muda kita harus lebih berani meluncurkan sesuatu yang baru, inovasi, ide serta kreatifitas agar tidak kalah dengan yang lainnya dan banyak organisasi bisnis yang memberikan jalan bagi para generasi muda untuk memupuk segala kemampuannya. Seperti Nick D’Aloisio yang menggunakan jalan yang sederhana, yaitu dengan memanfaatkan App Store untuk menjangkau ribuan konsumennya dan mendapatkan produk di depan investor besar dunia.
Kepercayaan diri yang begitu besar dalam diri para generasi muda saat ini menjadi alasan atas optimisme yang besar untuk bisa mencapai puncak sukses dengan mengajarkan entrepreneurship di jenjang sekolah. Kita tak perlu meninggalkan bangku pendidikan formal untuk dapat berinovasi, tetapi kita tampaknya harus mengubah pemikiran kita. Dan Nick D’Aloisio telah mengajarkan kita bahwa kita berada di awal era inovasi yang semakin menjanjikan.  



0 Response to "Nick D'Aloisio Developer Aplikasi Remaja dari Inggris"

Posting Komentar