MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
Sifat Terpuji Jujur
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karynia-Nya makalah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ini dapat kami susun sebagaimana mestinya.
Keberhasilan penyusunan makalah ini juga tidak luput dari peran Bapak dan Ibu yang telah membimbing kami, olehnya itu kami mengucapkan terima kasih.
Klipping yang kami susun ini akan Menampilkan materi tentang “SIFAT TERPUJI JUJUR”. Yang kami dapatkan dari berbagai sumber dan di susun sebaik mungkin.
Penyajian masalah dalam makalah ini menggunakan bahasa yang mudah di pahami, sehingga diharapkan dapat dimengerti oleh pembaca.
Akhirnya, kami menyadari bahwa MAKALAH yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami mengharapkan sumbang saran yang positif demi penyempurnaan klipping kami.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
1. DEFINISI HADITS PERILAKU TERPUJI JUJUR
A. HADITS PERILAKU TERPUJI JUJUR
B. PENJELASAN (SYARIAH HADITS)
C. KESIMPULAN
2. DEVINISI AKHLAK TERPUJI JUJUR
A. DEFINISI AKHLAK TERPUJI
B. JUJUR
C. DEFINISI JUJUR
D. KUATAMAAN JUJUR
E. MACAM-MACAM KEJUJURAN
F. KHATIMAH KEJUJURAN
DEVENISI HADISTPERILAKU TERPUJIJUJUR
A.Hadits yang berkaitan dengan perilaku terpuji Jujur
1. عن ابن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلي الله عليه وسلم قال : عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي الي البر وإن البر يهدي الي الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحري الصدق حتي يكتب عند الله صديقا, وإياكم من الكذب فإن الكذب يهدي الي الفجور وإن الفجور يهدي الي النار وما يزال الرجل يكذب و يتحري الكذب حتي يكتب عند االله كذابا. متفق عليه.
“ Berlaku jujurlah kamu karena sesungguhnya perbuatan jujur itu mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan pada surga. Dan hendaklah orang selalu berkata benar dan dia selalu memilih kebenaran sehingga ia dicatat disisi allah sebagai orang yang sangat benar. Dan jauhilah dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan pada kejelekan dan kejelekan itu menunjukkan pada neraka, dan orang yang senantiasa dusta dan memilih dusta akan dicatat disisi allah sebagai orang pendusta.”
2. عن ابي محمد الحسن بن علي بن ابي طالب رضي الله عنهما قال : حفظت من رسول الله صلي الله عليه وسلم, دع ما يريبك الي ما لا يريبك فإن الصدق طمأنينة والكذب ريبة. رواه الترمذي.
“ Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya benar/jujur itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keraguan”.
B. Penjelasan (Syarah Hadits).
A. Jujur
Perilaku terpuji (Akhlakul Karimah) adalah merupakan ciri kepribadian muslim yang sempurna. Seorang muslim dikatakan memiliki kepribadian yang sempurna apabila telah tertanam dalam dirinya sifat-sifat dan perilaku yang terpuji. Perilaku terpuji dapat pula dikatakan sebagai pondasi yang mampu mendasari serta mengokohkan kepribadian suatu bangsa, sebagaimana dikatakan oleh Syauqi Bey dalam syairnya :
A. Jujur
Perilaku terpuji (Akhlakul Karimah) adalah merupakan ciri kepribadian muslim yang sempurna. Seorang muslim dikatakan memiliki kepribadian yang sempurna apabila telah tertanam dalam dirinya sifat-sifat dan perilaku yang terpuji. Perilaku terpuji dapat pula dikatakan sebagai pondasi yang mampu mendasari serta mengokohkan kepribadian suatu bangsa, sebagaimana dikatakan oleh Syauqi Bey dalam syairnya :
وإنما الأمم الأخلاق مابقيت # وإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا.
“Suatu bangsa dikenal karena akhlaknya, jika budi pekertinya telah runtuh maka runtuh pulalah bangsa itu.”
Jadi perilaku terpuji itu harus dimiliki oleh setiap muslim karena pada dasarnya perilaku terpuji mencerminkan pribadi muslim yang baik. Adapun diantara macam-macam perilaku terpuji adalah jujur dan saling menyayangi.
Yang dimaksud jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya antara perkataan dan kenyataan atau i’tikad yang ada didalam hati.lawannya yaitu dusta, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan, sedangkan dusta adalah sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tetapi juga dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita, bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan kita diminta untuk berlaku jujur.
Pada hadits yang pertama disebutkan bahwasanya jujur itu dapat mengantarkan kita pada kebaikan, kebaikan yang dimaksud disini adalah kebaikan dunia akhirat yang nantinya akan membawa kita menuju surga. Jadi dengan berkata dan berbuat jujur, kita sudah membuka jalan menuju surga. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata dan berbuat jujur maka selamanya ia akan dicap sebagai orang yang jujur.
Allah menjadikan langit dan bumi dengan benar, dan Ia pun meminta manusia untuk membina hidupnya dengan benar pula. Yaitu kiranya mereka tidak berkata kecuali dengan benar dan tidak berbuat sesuatu kecuali dengan benar pula.
Kebingungan dan kecelakaan manusia berpangkal pada ketidak sadaran mereka akan dasar yang cukup jelas ini, serta kedustaan yang menguasai napsu dan pikiran mereka. Itulah yang menyebabkan mereka jauh dari jalan yang lurus dan menjauhkan mereka dari kebenaran-kebenaran yang seharusnya mereka pegang .
Dari sinilah maka berpegang teguh pada kebenaran itu sangat diperlukan setiap saat, dan harus diperhatikan dalam tiap persoalan serta dilaksanakan dalam setiap hokum. Dia menjadi soko guru yang tangguh bagi kepribadian muslim dan merupakan sibghah (cetakan) yang tegak dalam seluruh perbuatannya.
Kebenaran perkataan akan membawa kebenaran perbuatan dan kebaikan dalam seluruh tindakan. Kalau seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar maka cahaya kebenaran itu akan memancar kedalam lubuk hati dan pikirannya. Begitulah sebagamana yang diungkapkan oleh allah “Hai orang yang beriman, takutlah pada Allah dan berkatalah yang benar, maka (perkataanmu yang benar) akan dapat memperbaiki perbuatanmu dan dapat menutupi dosa-dosamu, dan barangsiapa taat pada Allah dan Rasulnya maka sungguh ia akan mendapatkan keberuntungan yang besar” (Al-Ahzab:70).
Perbuatan yang benar itu tidak akan meragukan, karena dia adalah pancaran dari keyakinan seseorang. Tidak juga dipengaruhi oleh hawa nafsu karena ia bergandengan dengan ikhlas, tidak juga bengkok karena dia bersumber dari mata air kebenaran.
Kejujuran adalah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita, dan ia tidak akan merasa ragu, karena ia yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah benar
Kejujuran adalah merupakan satu pondasi yang mendasari iman seseorang karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah, maka orang yang tidak jujur akan menghilangkan kepribadian mu’min dan melenyapkan iman.
Orang yang selalu memilih kebenaran atau kejujuran dalam tiap ucapan, tingkah laku dan perbuatannya, maka akan menjadi suatu kebiasaan dan merupakan tabiat atau akhlaknya. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar dalam hidupnya ia pun terbiasa jujur.
Keberhasilan bangsa-bangsa dalam menunaikan missinya adalah karena ia selalu berpegang pada kejujuran, kalau kekayaan yang diperoleh dari kejujuran itu sangat besar maka itu adalah suatu kemajuan yang luar biasa, tetapi jika tidak maka ia akan jatuh ditengah jalan, namun yang jelas daun yang kering, janji yang kosong dan badan yang kurus tidak bernilai dimata orang sedikitpun. Begitulah perumpamaannya. Sesungguhnya orang yang selalu berkata jujur dan berbuat benar akan diterima ucapannya dihadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya dihadapan para hakim serta disenangi segala pembicaraannya.
C. Kesimpulan
1. Jujur merupakan sifat terpuji yang menjadi ciri kepribadian muslim, yang memiliki arti menyampaikan sesuatu yang sesuai dengan realita.
2. Jujur dapat mengantarkan kita kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan kita pada surga.
3. Jujur merupakan ketenangan hati, dimana orang yang selalu berbuat dan berkata jujur hatinya akan selalu tenang dan tidak ragu-ragu.
A. Definisi Akhlaq terpuji
Akhlaq terpuji adalah perilaku yang baik yang dimiliki seorang manusia.
Manusia hendaknya selalu berakhlaq terpuji.
Karena akhlaq terpuji banyak manfaatnya.
Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Misalnya sifat menghargai waktu.
Dengan menghargai waktu akan timbul sifat disiplin.
orang yang disiplin akan disenangi banyak orang.
karena kedisiplinan seseorang bisa mempunyai banyak prestasi.
lawan akhlaq terpuji adalah akhlaq tercela.
akhlaq tercela tidak boleh kita lakukan.
B. JUJUR
Jujur
Jujur adalah salah satu akhlaq terpuji.
Jujur berarti bersikap apa adanya
Tidak dicampuri dengan kebohongan-kebohongan.
Orang yang berbuat jujur berarti orang yang perkataannya benar.
Orang yang berbuat jujur perbuatannya selalu lurus.
Dia tidak mau berbicara bohong.
Dia selalu berkata benar.
Apa yang salah dikatakan salah.
Dan apa yang benar dikatakan benar
Tidak ditambah dan tidak dikurangi.
Lawan jujur adalah dusta.
Dusta yaitu memberitahukan sesuatu berlainan dengan yang sebenarnya.
Jujur juga diartikan sebagi sifat terbuka.
Tidak ada sesuatu yang dirahasiakan atau ditutup-tutupi.
Jujur juga berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Induk dari sifat-sifat terpuji adalah jujur.
Apabila seseorang tidak berlaku jujur maka sifat terpuji lainnya sulit dilakukan.
Seperti sabda Rasulullah saw. :
عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَِّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ؛ وَإِنَّ الرَّجُلَ لِيَصدق حَتَّى يَكْتُب ُعِنْدَ اللَّه ِصِدِّيْقًا.
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud ra.: Nabi saw. bersabda : sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan. dan kebaikan itu membawa kesurga. seseorang tiada henti-hentinya berkata, berlaku jujur dan mengusahakan sungguh-sungguh akan kebenaran, sehingga dia dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur. (HR. Bukhari Muslim)
Orang islam wajib membiasakan diri bersikap jujur.
Karena agama Islam mengajarkan untuk berakhlaq terpuji.
Nabi Muhammad bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الطبرانى)
Artinya : “Manusia yang paling baik ialah orang yang baik budi pekertinya” (HR. Thabrani)
Mulai sekarang biasakanlah berlaku jujur.
Jangan pernah berkata bohong.
Karena bohong itu termasuk salah satu sifat orang munafik.
sebagaimana dijelaskan dalam hadis nabi Muhammad saw. :
اَيَةُ المْنُاَفِقِ ثَلاَ ثٌ اِذَا حَدَثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ اَخْلَفَ وَاِذَا ئْتُمِنَ خَانَ
Artinya : “Tanda-tanda orang munafik itu ada 3, yaitu apabila dia bicara berbohong, bila berjanji dia mengingkari, apabila dipercaya dia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim)
Hikmah memiliki sifat jujur adalah :
- Selalu dipercaya orang lain
- Disayang oleh Allah
- Disayang orang tua
- Mempunyai banyak teman
Jujur membawa kita untuk berbuat kebaikan.
Berbuat kebaikan akan mendatangkan pahala dari Allah.
Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan.Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri.Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.
Jujur merupakan sifat yang terpuji.Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka.Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga.Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur.Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka.Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
C. Definisi Jujur
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Allah berfirman,
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS. al-Maidah: 119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zumar: 33)
D. Keutamaan Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi,
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut.Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda,
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”
Dalam kehidupan sehari-hari –dan ini merupakan bukti yang nyata– kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akherat.
Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya.Berbeda dengan pendusta.Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi musuh atau lawannya.Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah.Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya.Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.
Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119)
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya.Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. al-Maidah: 119)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.Di antara mereka ada yang gugur.Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)
“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.”
E. Macam-Macam Kejujuran
1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.
2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman Allah:
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah: 75-76)
4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur.’”
5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)
Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras.Tidak mungkin seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya secara sempurna.Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri.Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat.Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur.Dan jujur pada setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat.Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya.Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.
F. Khatimah KEJUJURAN
Orang yang selalu berbuat kebenaran dan kejujuran, niscaya ucapan, perbuatan, dan keadaannya selalu menunjukkan hal tersebut. Allah telah memerintahkan Nabi untuk memohon kepada-Nya agar menjadikan setiap langkahnya berada di atas kebenaran sebagaimana firman Allah,
“Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.” (QS. al-Isra’: 80)
Allah juga mengabarkan tentang Nabi Ibrahim yang memohon kepada-Nya untuk dijadikan buah tutur yang baik.
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS. asy-Syu’ara’: 84)
Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Allah.Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Allah telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Allah berfirman,
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 177)
Di sini dijelaskan dengan terang bahwa kebenaran itu tampak dalam amal lahiriah dan ini merupakan kedudukan dalam Islam dan Iman.Kejujuran serta keikhlasan keduanya merupakan realisasi dari keislaman dan keamanan.
Orang yang menampakkan keislaman pada dhahir (penampilannya) terbagi menjadi dua: mukmin (orang yang beriman) dan munafik (orang munafik). Yang membedakan diantara keduanya adalah kejujuran dan kebenaran atas keyakinannya. Oleh sebab itu, Allah menyebut hakekat keimanan dan mensifatinya dengan kebenaran dan kejujuran, sebagaimana firman Allah,
“(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hasyr: 8)
Lawan dari jujur adalah dusta. Dan dusta termasuk dosa besar, sebagaimana firman Allah,
“Kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran: 61)
Dusta merupakan tanda dari kemunafikan sebagaimana yang disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kedustaan akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Bahaya kedustaan sangatlah besar, dan siksa yang diakibatkannya amatlah dahsyat, maka wajib bagi kita untuk selalu jujur dalam ucapan, perbuatan, dan muamalah kita. Dengan demikian jika kita senantiasa menjauhi kedustaan, niscaya kita akan mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang jujur dan selamat dari siksa para pendusta. Waallahu A’lam.
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. az-Zumar: 32-35)
0 Response to "Makalah Sifat Terpuji Jujur"
Posting Komentar