Dunia Imajiner VS Dunia Nyata

"Imajiner memang takkan pernah bersepakat dengan realita, tapi keduanya selalu berdampingan. Kalau mau jadi orang hebat, jangan pernah keluar dari dunia imajiner dan dunia realitamu!"

Demikian komentar Guru saya ketika saya berkata bahwa saya ingin keluar dari dunia imajiner yang saya ciptakan sendiri. Dalam diri saya memang ada sifat perfeksionis, namun khayalan saya bukan tidak mungkin untuk diwujudkan. Saya kala itu ingin teman-teman di sekitar saya bisa bersikap profesional, bisa membedakan urusan pribadi dan bisa fokus pada kepentingan bersama yang telah ia sepakati.

Betapa kagumnya saya ketika mendengar ada sosok Soe Hook Gie dan Ahmad Wahib yang ketika muda memiliki sikap kritis dan mampu menolak situasi yang menurutnya tidak benar. Adalah wajib bagi saya untuk seseorang yang berpredikat "berpendidikan" dan "ahli" bisa menepati janji dan bisa bekerja maksimal pada ranah yang ia pilih.

Sebagai contoh. Ada sebuah organisasi yang menjaring banyak mahasiswa untuk menjadi anggotanya. Setelah menyisihkan banyak mahasiswa akhirnya terpilihlah beberapa kandidat yang dinilai pas untuk menempati posisi yang kosong. Akhirnya dibuatlah janji antar para anggota organisasi ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dalam waktu satu kali dua bulan. Namun karena banyak anggota yang mengikuti segudang organisasi selain organisasi tersebut, tugas yang diberikan tak dapat diselesaikan tepat waktu oleh beberapa orang. Alhasil, tugas yang telah disepakati tak selesai tepat waktu dan misi organisasi tak berjalan lancar.


Saya merasa ada hal yang tidak benar. Seharusnya ketika berkomitmen, seseorang harus bisa mengukur dirinya dan memprioritaskan tugas untuk diselesaikan bagaimanapun kondisinya karena hal itulah yang disepakati bersama. Memang takkan pernah ada manusia yang sempurna. Namun kita kan selalu mencoba untuk menjadi lebih baik bukan lebih buruk. Jika janji atau komitmen selalu dilanggar dengan alasan ini dan itu, maka kapan kita akan mencapai profesionalisme sebagai manusia yang berusaha menjadi baik?

Kita harus berpikir, teman kita yang lain mampu menyelesaikan tugas yang diembannya, kenapa kita tidak bisa? Fokuslah dan pilih ranah mana yang ingin anda kembangkan. Kita tak bisa mengambil semua kesempatan, maka pilih dan lakukanlah yang terbaik!

Teman, itulah dunia imajiner yang saya selalu khayalkan. Bertemu dengan orang-orang yang mampu memposisikan diri. Menepati janji dan komitmen yang ia buat ketika mulai bekerja. Mungkin untuk diwujudkan bukan? Saya memilih suatu lingkungan untuk memacu diri menjadi lebih baik bukan lebih buruk dari sebelumnya.

Maka benar apa yang dikatakan Guru saya. Tak perlulah saya keluar dari Dunia Imajiner yang saya impikan. Saya akan terus berjuang dengan langkah pertama memperbaiki diri saya sendiri. Ya, diri saya sendiri terlebih dahulu.



0 Response to "Dunia Imajiner VS Dunia Nyata"

Posting Komentar